Monday, September 18, 2017

Plant Operation, part-3

Untuk menjaga agar proses berjalan dengan smooth dan safe, selain daripada beberapa mode operasi yang telah dijelaskan sebelumnya, sebuah controller juga memiliki fitur-fitur dalam rangka untuk memudahkan operator dalam menjaga stabilitas operasi dalam sebuah plant. Mari kita kupas satu persatu.

Control Action – Direct or Reverse

Ketika sebuah alat pengukur mendeteksi adanya sebuah disturbansi atau gangguan yang mengakibatkan nilai PV menjauhi dari nilai SP, maka sebuah controller akan memberikan signal output untuk mengendalikan error tersebut. Aksi kontrol terhadap error yang diberikan oleh controller memiliki satu dari dua kemungkinan, Direct atau Reverse.
Direct - Reverse, Control Action
Sesuai dengan gambar diatas, jika nilai PV naik melebihi nilai SP dan controller menaikkan nilai OP, maka aksi kontrolnya adalah bersifat Direct. Dan, sebaliknya, jika nilai PV naik melebihi nilai SP dan controller malah menurunkan nilai OP, maka aksi kontrollnya adalah bersifat Reverse.

Untuk memahami dua phenomena diatas, mari kita lihat contoh dibawah ini
Simple Loop Example for Control Action
Perhatikan, pada contoh 1 dan 2, kita memiliki jenis pompa yang sama, yakni pompa untuk mentransfer diesel. Namun, hal yang membedakan antara dua contoh tersebut adalah jenis kontrol yang digunakan. Pada contoh 1, ia menggunakan jenis kontrol tekanan lewat transmitter PIC-531, sedangkan pada contoh 2, ia menggunakan jenis kontrol terhadap aliran lewat transmitter FIC-502.

Pertanyaannya adalah: 
Mengapa pemilihan jenis controlled variable harus dibuat berbeda, meskipun pada akhirnya manipulated variablenya adalah sama, yakni aliran recycle diesel? 

Tentu hal ini kembali lagi kepada process philosophy. Pada contoh 1, end-user dari pompa diesel tersebut adalah Main Power Generator. Diesel yang ditransfer ke dalam Main Power Generator akan langsung masuk ke dalam combustion chamber. Oleh sebab itu, ia membutuhkan tekanan agar diesel yang masuk bisa teratomisasi sehingga didapatkan pembakaran yang sempurna. 
Pada contoh 2, end usernya adalah alat-alat berbahan bakar diesel yang menggunakan diesel tanpa memerlukan adanya tekanan. Pompa diesel pada contoh 2 umumnya digunakan secara intermittent karena tiap alat yang menjadi end-user dari contoh 2 memiliki tanki penyimpan masing-masing. Pompa diesel pada contoh 2, hanya akan dinyalakan dalam rangka make-up tangki penyimpan tersebut. Dalam satu waktu, tidak mungkin kita akan melakukan make-up untuk semua tangki penyimpan tersebut, mungkin hanya untuk satu dan dua end-user. Sedangkan, pompa didesain dengan kapasitas untuk mentransfer ke seluruh end-user. Maka, dibuatlah jalur re-sirkulasi yang berdasarkan atas jumlah aliran yang menuju ke end-user. Harapannya adalah agar pompa selalu bekerja dalam posisi kurva karakteristik yang optimal sehingga bisa memperpanjang umur pompa.

Setelah tahu mengenai filosofi proses, maka perintah selanjutnya: 
tentukanlah aksi kontrol pada pompa contoh 1 dan 2!


Jawabannya adalah pada contoh 1 bersifat DIRECT dan pada contoh 2 bersifat REVERSE. Pada contoh 1, ketika tekanan melebihi dari SP, maka control valve akan mulai membuka dan pada contoh 2, ketika aliran berlebih dari SP, maka control valve akan mulai menutup.

bersambung ...

No comments:

Post a Comment

Leave your comment, any urgent message please mail me !